Selidiki Mumi Fir'aun, Bucaille Masuk Islam

Seorang Ilmuwan diyakini sebagai orang yang ahli atau banyak pengetahuannya mengenai ilmu. Banyak penemuan-penemuan yang bisa kita rasakan saat ini, juga merupakan hasil kontribusi dari penemuan para ilmuwan.


Berbicara mengenai ilmuwan, berikut kisah Prof Dr Maurice Bucaille masuk islam melalui hasil penelitiannya.


Prof Dr Maurice Bucaille

Maurice Bucaille

Prof Dr Maurice Bucaille adalah seorang ahli bedah Prancis yang lahir pada tanggal 19 Juli 1920. Sepanjang perjalanan penelitiannya, ia pernah meneliti mumi Fir'aun yang sangat viral dikisahkan dalam Alquran. 


Bucaille terkejut melihat hasil penelitiannya. Ia kemudian mencari jawaban dari pertanyaan, “Bagaimana jasad Fir'aun bisa terjaga dibandingkan jasad lainnya padahal telah dikeluarkan dari laut?”.


Bucaille mencoba mencari jawaban atas rasa keingintahuannya ke beberapa ahli bedah lainnya hingga ia menghadiri konferensi yang membahas jasad Fir’aun dan bertemu dengan ilmuwan muslim. Bucaille dikagetkan dengan sebuah ayat yaitu QS. Yunus ayat 92 yang berbunyi:


Maka pada hari ini kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) kami


Ayat tersebut menggetarkan hati Bucaille dan menghantarkannya memeluk agama Islam. Bucaille kemudian menulis sebuah buku berjudul The Bible, The Quran, and Science tahun 1976. Pada halaman awal buku, Bucaille memuat kalimat sebagai berikut:


Sejak awal, nilai-nilai ilmiah yang ada dalam Al-Quran telah mengherankan. Saya sama sekali tidak mengira bahwa dalam teks yang telah disusun semenjak 13 abad lalu itu, ditemukan keterangan tentang segala hal yang bermacam-macam, dan sangat coock dengan pengetahuan ilmiah modern.


Demikianlah satu kisah dari perjalanan Bucaille yang memeluk agama Islam. Wah dari sini kita bisa belajar lho bahwa hidayah itu bisa datang kapan saja dan dimana saja, tinggal lagi kita yang harus bersegera menjemputnya hehe. Kata seseorang sih tidak semuanya harus diterima oleh akal terlebih dahulu, melainkan diyakini dari hati baru nanti lambat-laun akal ikut memahami.


Referensi:

Warto. 2018. Studi Islam Pendekatan Sains: Relevansi Wahyu terhadap Ilmu Pengetahuan Modern. International Journal Ihya’Ulum Al-Din.


Post a Comment

Gunakan kata yang baik dan sopan dalam berkomentar ya

Lebih baru Lebih lama