Kelangkaan Minyak Goreng, Apa Yang Sebenarnya Yang Terjadi


Kelangkaan Minyak Akibat Covid- Covid Effect

Salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan sehari-hari yaitu pangan. Kebutuhan pangan ini berpengaruh pada pola kegiatan kehidupan manusia. Seperti bahan makanan yang biasa dikonsumsi diantaranya beras, gula, gandum, teh, minyak goreng, tahu, tempe dan berbagai macam lainnya. Namun akhir-akhir ini, beberapa kebutuhan pokok tersebut diantaranya mengalami kenaikan dan kelangkaan di pasaran. Bak buah simalakama, pandemi Covid-19 effects tidak pernah ada habisnya, kali ini kembali berimbas pada terjadinya kelangkaan dan kenaikan harga secara signifikan terhadap kebutuhan rumah tangga yaitu minyak goreng sayur. 

Akhir Oktober 2021 lalu, tren kenaikan harga minyak goreng sebenarnya telah terlihat di pasaran. Kenaikan ini kian meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Pandemi Covid-19 kembali menjadi aktor dibalik kenaikan ini dimana dari data pasokan produksi minyak nabati dan hewani mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2020 karena terhambatnya segala faktor produksi untuk menghasilkan minyak goreng itu sendiri. Sisi lain, harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar Internasional mengalami kenaikan. Tentu ini bukanlah suatu masalah bila produsen minyak goreng dalam negeri terintegrasi langsung terhadap produsen CPO tersebut. Kenaikan CPO tentu kabar yang baik bagi petani, hal ini tentu akan meningkatkan pendapatan petani seiring dengan naiknya harga jual kelapa sawit. 

Indonesia Produsen CPO Terbesar

Menurut data statistik menunjukkan bahwa Indonesia adalah produsen CPO terbesar, jika kita melihat fakta ini tentu sebuah lelucon bila terjadi kelangkaan minyak goreng. Sejak tahun 2006, Indonesia adalah produsen CPO terbesar di dunia. Selain sebagai produsen CPO terbesar, Indonesia pada tahun 2021 mencatatkan sebagai konsumen minyak kelapa sawit terbesar di dunia yaitu sekitar 15,4 juta ton yang terus mengalami peningkatan dalam kurun 5 tahun terakhir. Kemudian diikuti oleh India, Tiongkok, serta Uni Eropa. Data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat, sepanjang Tahun 2021 konsumsi minyak kelapa sawit di Indonesia menembus 18,42 ton. Konsumsi ini sendiri berbanding terbalik dengan menurunnya produksi CPO pada tahun 2021 dari tahun sebelumnya pada tahun 2020 dengan capaian sebesar 47,03 Juta Ton menjadi 46,88 Juta Ton. Persentase penurunan ini yaitu sebesar 0,31%. 

Harga CPO di Pasar Internasional Naik

Namun disisi lain, terjadinya kenaikan CPO di pasar internasional bukan tanpa sebab, sejumlah faktor eksternal menjadi titik impas terjadinya kenaikan harga yang tidak lazim. Menurunnya produksi pasca pandemi Covid seiring berubahnya pola produksi, penjualan hingga ekspor dan impor Internasional. Serba ketidakpastian pada pasar Internasional misalnya sangat berpengaruh pada tersedianya stok dari suatu komoditi tertentu. Belum lagi, bila hal ini tidak cepat terintegrasi kembali seperti keadaan normal akan diperparah dengan adanya pengaruh dari konflik yang sedang memanas terkait invasi Rusia ke Ukraina yang hingga sekarang sedang terjadi. Salah satu komoditi yang mengalami kelangkaan serta penurunan stok di pasar Internasional yang menyebabkannya mengalami kenaikan adalah kacang kedelai. Mengingat di Indonesia sendiri, 80% lebih mengimpor kacang kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri seperti produksi tempe dan tahu. Beberapa hari kedepan diperkirakan akan adanya kenaikan harga pada tahu dan tempe. 

Produsen Minyak Goreng Belum Terintegrasi

Spekulasi kelangkaan dan kenaikan minyak goreng sendiri sebetulnya dapat di antisipasi apabila produsen minyak dalam negeri mayoritas telah terintegrasi dengan produsen CPO sendiri, hal ini tentu akan menghindari ketergantungan pada stok dan harga pasar Internasional. Dengan kata lain, pemutusan alur stok ketersediaan bahan pokok minyak goreng itu sendiri yang sebagian besar adalah CPO harus diperpendek. Pengaruh besar akan terjaminnya serta stabilnya minyak goreng tentu mempermudah produksi-produksi dari produk berupa barang-barang yang memerlukan minyak goreng dalam pembuatannya. Hal ini linear mengingat Indonesia adalah produsen sekaligus konsumen terbesar dari CPO dan minyak goreng tersebut. 

Upaya Pemerintah Mengatasi Kenaikan Kelangkaan Minyak Goreng

Kita masih menunggu kebijakan nyata, efektif dan terstruktur dari Pemerintah sendiri. Seperti yang telah beredar, pemerintah sebenarnya telah menetapkan standar harga eceran yang dapat dijual. Walaupun ternyata di pasaran, harga minyak sendiri masih tidak sesuai standar tersebut. Penulis memprediksi mendekati Ramadhan kalaupun stok minyak tersedia, rentetan masalah mungkin masih terjadi seperti panic buying. Namun mengingat masalah ini sangat kompleks upaya maksimal dan cepat dari pihak-pihak terkait sangat diharapkan dan dibutuhkan. Bila memang terdapat pihak yang bermain, tentu ini sangat menyakitkan, pemerintah dan pihak penegak hukum harus bergerak ekstra mengusut tuntas mengenai permasalahan ini sampai ke akar-akarnya. Tentu kita tidak ingin lagi hal ini terulang, dimana di negeri yang penuh pohon sawit namun rakyatnya bermandi peluh antri dan berdesakan untuk mendapatkan sekilo minyak goreng. 


Penulis: Masagus Gunawan

Post a Comment

Gunakan kata yang baik dan sopan dalam berkomentar ya

Lebih baru Lebih lama