SELF-LOVE: CARA BENAR MENCINTAI DIRI SENDIRI




Self-love kini menjadi tren yang tengah banyak diperbincangkan terutama di media sosial. Netizen beramai-ramai mengunggah foto aktivitas harian mereka dengan tagar self-love. Kini tak sedikit pula muncul postingan yang berisikan kutipan tentang topik yang satu ini. Sayangnya, di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya mencintai diri sendiri, ada banyak anggapan yang salah tentang konsep ini yang alih-alih memberikan manfaat, malah dapat berdampak buruk pada diri sendiri maupun orang lain. Lantas, bagaimana konsep self-love yang benar? Mari kita simak penjelasannya di bawah ini.


Apa Itu Self-love?

Self-love adalah keadaan ketika seseorang dapat mengapresiasi dirinya sendiri. Untuk mencapai hal itu, seseorang harus bertumbuh pada aspek fisik, psikis, dan spiritualnya. Dengan kata lain, seseorang dikatakan telah mencintai dirinya sendiri (self-love) ketika ia dapat menilai dirinya sendiri sebagai seorang manusia yang pantas untuk dihargai dan dicintai. Kebanyakan orang juga beranggapan bahwa mencintai diri sendiri bermakna tidak mengorbankan  kebahagiaan (well-being) diri hanya untuk menyenangkan orang lain.




Apa Kata Psikologi tentang Self-love?

Dari kacamata ilmu psikologi, terdapat beberapa aspek yang berhubungan dengan istilah self-love ini. Diantaranya adalah self-awareness, self-worth, self-esteem, dan self-care

Self-awareness: kemampuan untuk fokus pada diri sendiri serta fokus pada bagaimana tindakan, pikiran, atau emosi selaras atau tidak dengan standar internal diri. Jika seseorang sangat self-aware, ia dapat mengevaluasi diri sendiri secara objektif, mengelola emosinya, menyelaraskan perilaku dengan nilai-nilai, dan memahami dengan benar bagaimana orang lain memandang dirinya (Duval & Wicklund, 1972).

Self-worth: evaluasi individu tentang dirinya sendiri sebagai manusia yang berharga dan cakap yang pantas dihormati dan dipertimbangkan (APA Dictionary of Psychology).

Self-esteem: adalah sikap seseorang terhadap diri sendiri, baik itu sikap yang disukai (favourable) maupun yang tidak disukai (unfavourable) terhadap diri sendiri (Rosenberg, 1965).

Self-care: memberikan perhatian yang memadai untuk kesehatan fisik dan psikologis diri (APA)


Self-love yang salah

  • Self-love menjadi pembenaran untuk melakukan perilaku yang tidak sehat. Dengan dalih mengutamakan kebahagiaan diri, tidak sedikit orang menjadikan self-love sebagai alasan untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak baik bagi dirinya,  seperti melakukan kebiasaan berbelanja yang berlebihan atau makan makanan yang tidak sehat sebagai alasan untuk meningkatkan mood.
  • Pemahaman yang salah dapat menumbuhkan toxic positivity. Pemahaman yang salah tentang self-love seperti anggapan bahwa “kita semestinya menjauhi emosi negatif dan hanya perlu emosi positif” adalah sebuah kekeliruan. Nyatanya, kita juga memerlukan emosi negatif untuk membuat kita bertumbuh. Bahkan dari perspektif psikologi positif pun, dijelaskan bahwa emosi negatif dan positif  adalah dua aspek esensial untuk mengembangkan diri (Compton dan Hoffman, 2013). Lebih lanjut, self-love yang benar adalah segala hal yang dapat mendorong seorang individu untuk tumbuh dan belajar.
  • Self-love yang salah mengarahkan pada narsisme. Kecintaan pada diri sendiri yang salah dapat mendorong seseorang untuk mencintai dirinya secara berlebihan dan cenderung merendahkan orang lain.  Narsisme cenderung mendorong seseorang untuk membuktikan bahwa dirinya lebih dari orang lain dan memastikan bahwa orang lain melihat hal itu. Hal ini tentulah pemahaman yang salah karena self-love itu self-focused sedangkan narsisme adalah other-focused.


With that being said, self-love can still be positive. It’s all in how you approach it. - Sydni Ellis



Referensi:

  • Ackerman, Courtney E. (2018). What is Self-Compassion and What is Self-love? Positive Psychology. https://positivepsychology.com/self-compassion-self-love/
  • APA Dictionary of Psychology. https://dictionary.apa.org/self-worth
  • Borenstein, Jeffrey (2020). Self-love and What It Means. BRB Foundation.  https://www.bbrfoundation.org/blog/self-love-and-what-it-means#:~:text=Self%2Dlove%20is%20a%20state,well%2Dbeing%20to%20please%20others.
  • Compton, W. C., & Hoffman, E. (2013). Positive Psychology: The Science of Happiness and Flourishing (2nd ed.). Belmont, CA: Wadsworth.
  • Doran, Jennifer. (2014). The unspoken truth about self-care. APA. https://www.apa.org/gradpsych/2014/04/corner
  • Duval, S., & Wicklund, R. A. (1972). A theory of objective self-awareness. Academic Press.
  • Ellis, Sydni. (2022). 6 Times 'Self-love' Is Really Toxic Behavior In Disguise. https://www.huffpost.com/entry/self-love-toxic-behavior_l_6216753ae4b0ef74d729b591
  • Khoshaba, D. (2012). A seven-step prescription for self-love. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/get-hardy/201203/seven-step-prescription-self-love
  • Mutiwasekwa, Sarah-Len. (2019) Self-love. Psychology Today.  https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-upside-things/201911/self-love
  • Rosenberg, M. (1965). Self-Esteem and Anxiety. In Society and the Adolescent Self-Image (pp. 149–167). Princeton University Press. http://www.jstor.org/stable/j.ctt183pjjh.11


Post a Comment

Gunakan kata yang baik dan sopan dalam berkomentar ya

Lebih baru Lebih lama