Robin Hood Indonesia : Kusni Kasdut, Pejuang dan Perampok

 Kusni Kasdut 

Desember 1929, Blitar, Jawa Timur, lahirlah seorang pria bertubuh kecil yang menjadi sosok melegenda. Sosok pejuang kemerdekaan sekaligus perampok kelas kakap yang dikenal sebagai Robin Hood Indonesia – Kusni Kasdut.
 
Kisah legenda Kusni Kasdut ditutup, ketika usianya 51 tahun lewat hukuman mati. Biarpun beliau telah wafat  berpuluh tahun silam, kisahnya tetap menjadi sebuah hal menarik hingga saat ini. Bahkan grup rock Indonesia God Bless mengabadikan kisahnya lewat sebuah lagu yang dirilis tahun 1980 dengan judul ‘Selamat Pagi Indonesia’ yang mana penggalan liriknya sebagai berikut:

Sayap burung berkepak, menembus embun pagi, terbang menerjang keheningan, gerbang dini. Terperanjat mendengar, derap langkahnya yang begitu tenang, melangkah menuju keabadian.

 

Robin Hood Indonesia

Kusni Kasdut : Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia

Kusni atau Waluyo merupakan anak Wonomejo dan Mbok Cilik. Kusni ditinggal mati ayahnya sejak berumur 5 tahun. Kusni tinggal bersama ibunya dengan hidup yang sangat miskin. Ketika Jepang menjajah Indonesia, Kusni muda bergabung dengan Heiho (tentara pembantu).

 

Kusni juga pernah tergabung sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Rampal, Malang. Bersama dengan laskar itu, Kusni bergeriliya hingga Surabaya menghadapi pasukan sekutu dan Inggris. Kusni dan rekannya TKR berhasil memukul mundur musuh. 

 

Setelah berhasil bergeriliya bersama TKR, Kusni berencana bergabung Laskar Bambu Runcing yang berencana merebut kota Bandung. Namun, ketika sampai di Madiun, Kusni justru bergabung Laskar Brigade teratai yang terdiri dari TNI, Copet, Rampok, Germo dan wanita panggilan yang bertugas sebagai mata-mata dan merampok harta/senjata yang digunakan sebagai modal melawan pasukan Belanda.

 

Selama empat tahun Kusni mampu menorehkan prestasi yang menakjubkan. Kesuksesan kusni dalam misinya bersama Laskar Teratai sangat membantu perjuangan kemerdekaan. Banyak hasil rampasan yang ia sumbangkan untuk kepentingan perjuangan. Prestasi yang tak kalah keren, Kusni selalu bisa lolos dari penjara Belanda tiap kali dia ditangkap belanda, karena itulah ia dijuluki sebagai  ‘Kancil’.

 

Kusni Kasdut

Kusni Kasdut : Perampok Kelas Kakap – Bromocorah

Kusni Kasdut memulai karir sebagai perampoknya karena hati yang tersakiti. Ia ditolak masuk menjadi anggota TNI meskipun ia telah berulang kali ikut berjuang sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) serta telah dilengkapi surat bekas pejuang. Namun, kaki kiri yang cacat bekas tembakan menjadi alasan kenapa Kusni tidak diterima sebagai anggota TNI.
 

Kusni yang merasa tak dihargai atas jasa yang telah ia berikan selama empat tahun, memustukan kembali ke Surabaya dan bertemu sohibnya. Surabaya menjadi kota awal kusni bersama rekan beraksi. Kejahatan pertama Kusni berhasil merampok saudagar kaya dan mendapatkan uang Rp 600 ribu. Pada saat itu Rp. 600 ribu termasuk uang yang cukup banyak atau bisa setara Rp. 600 juta sekarang.

Aksi terkenal lainya, Kusni berkomplotan dengan Bir Ali (Muhammad Ali) asal Cikini Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, merampok keturunan Arab kaya bernama Ali Badjened pada 1960.  Badjened yang tewas diberondong peluru tembakan Kusni, menjadikan kisah ini sebagai tragedi di Indonesia, sebab pada saat itu masih jarang terjadi perampokan dengan pembunuhan.

Aksi Kusni Kasdut yang tak terlupakan oleh sejarah adalah aksi Museum Gajah. Seperti ala-ala film Money Heist. Kusni dan komplotan berhasil mengelabui petugas dengan menyamar sebagai polisi dan rekan lainnya berpura-pura sebagai pengunjung yang mengelabui petugas. Aksi mereka hampir berjalan mulus, hingga petugas merasa curiga, dan akhirnya Kusni dan rekan menembaki petugas dan kabur bersama harta rampokan emas berlian serta harta nasional senilai Rp. 2,5 Miliar pada 30 Mei 1963.

Selepas kejadian Museum Nasional, Kusni dan rekannya berpencar. Namun, kebebasan mereka hanyalah sementara. Kusni yang hendak menjual hasil curian mengalami masalah. Perantara yang biasa membantunya ternyata sudah ditongkrongi polisi. Polisi sudah menunggu kusni karena rekannya telah tertangkap di Jakarta. Kejadian inilah yang akhirnya membuat Kusni harus dihukum tembak mati.

 

Museum Nasional

Kusni Kasdut : Robin Hood Indonesia

Kejayaan Kusni Kasdut sebagai perampok menjadi kebahagiaan rakyat jelata. Hal ini dikarenakan hasil rampokan Kusni sebagian besar dibagikan kembali ke rakyat miskin. Selayaknya Robin Hood, Kusni merupakan pahlawan bagi kaum miskin dan terpinggirkan.

Melihat kecintaan rakyat terhadap Kusni Kasdut, mengingatkan kita dengan film Money Heist. Ya, merampok sebagai bentuk protes atau perlawanan kepada pemerintah “Bella Ciao”. Namun, kejahatan tetaplah kejahatan. Merampok dan membunuh termasuk perilaku tercela. Biarpun Kusni berlakon seperti Robin Hood, tapi perbuatanya tetaplah sebuah kejahatan manusia yang harus dihentikan.

 

Kisah ini merupakan sebuah ironi, bagaimana bisa seorang perampok menjadi pahlawan yang mana pahlawan itu seharusnya peran dari pihak berwenang. Dan kisah ini juga meninggalkan pertanyaan besar, "Kenapa rakyat lebih mencintai perampok? ada apa pada negeri ini?" Tapi mau gimana lagi yah, zaman sekarang yang penting perut sendiri kenyang aja lah yahh hehe…


Post a Comment

Gunakan kata yang baik dan sopan dalam berkomentar ya

Lebih baru Lebih lama